Para lansia seharusnya menikmati masa tua mereka dengan tinggal di tempat yang layak dan berkumpul dengan keluarga maupun sanak saudara. Mirisnya, tidak semua lansia dapat mempunyai kehidupan masa tua yang indah. Tidak sedikit dari mereka yang dirawat oleh yayasan panti asuhan yang ada. Peraturan Kementrian Sosial Tentang Standar Nasional Rehabilitasi Sosial Lanjut Usia, Pasal 7. Lansia yang terlantar harusnya direhabilitasi. (Sumber: jdih.kemsos.go.id)
Yayasan panti adalah salah satu fasilitas yang dijadikan
tempat bernaung para lansia yang terlantar. Mulai dari pihak keluarga yang
tidak mampu dan yang mampu, namun tidak sanggup merawat orangtua mereka
sendiri. Kepala Bidang Pelayanan dan Rehabilitasi Sosial, Sri Rahayu mengatakan
bahwa berdasarkan data ada 7.000 orang yang tercatat dari 70 panti yang ada di
Kabupaten Bekasi. (Sumber: Republika.co.id Tahun 2015)
Salah satunya yayasan panti asuhan yang ada di Kecamatan
Cibarusah, Kabupaten Bekasi, tepatnya bernama Yayasan Panti Asuhan Siti Sarifah
II, terdapat 25 lansia yang dinaungi oleh yayasan, namun hanya ada 5 lansia
yang tinggal di yayasan sedangkan 20 lansia lainnya tinggal di rumah
masing-masing sekitar yayasan tersebut.
Minggu, 1 Maret 2020, Komunitas Peduli Cikarang (KPC)
melakukan kunjungan dengan maksud melihat langsung kondisi disana dan berbagi
sedikit rezeki. Kunjungan yang dilakukan tidak hanya semata karena ingin
berbagi rezeki, tetapi juga menjalin silaturahmi dan cinta kasih agar mereka
tidak merasa sendiri dan bisa sedikit terhibur dengan kedatangan KPC.
Namun, sangat memprihatinkan sekali melihat kondisi panti
yang berada di tengah kota dan padat penduduk ini. Dengan kondisi bangunan yang
bisa dikatakan tidak layak huni, pemasukan yayasan yang tidak menentu, hingga
keterbatasan tenaga yang merawat dan membina anggota panti tersebut. Mereka
hanya tinggal dan makan seadanya, itupun hanya dikerjakan oleh satu pengasuh,
yang notabenenya sudah sangat dekat dengan keluarga pemilik yayasan dan sudah
mengabdi selama 20 tahun di yayasan panti tersebut.
Pengasuh tersebut biasa dipanggil Umi (sebutan Ibu jika
diartikan dari bahasa Arab), yang sangat dekat dan telaten sekali dalam merawat
lansia disana.Tak sedikit cerita yang beliau sampaikan mengenai lansia disana,
sejarah yayasan sampai dengan bentuk kepedulian pemerintah yang kurang
memperhatikan kondisi yayasan ini.
Salah satu anggota panti adalah Mbah Kartini yang sudah
berusia 77 tahun. Beliau hidup sebatang kara, tanpa ada keluarga satupun yang
menjenguk kondisinya. Bahkan saat ini si Mbah mengalami kurangnya pendengaran
sampai dengan keluhan sulit berjalan. Di sela-sela obrolan KPC dengan Mbah
Kartini, dengan nada yang terdengar riang namun berselimut sedih, beliau mengatakan
bahwa hidupnya saat ini hanya bergantung pada Umi yang merawatnya sepanjang
hari tanpa lelah.
Mbah Kartini juga tidak sendirian, di sebelah kamarnya terdapat Mak Atik berusia sekitar 44 tahun, sesama lansia yang juga dititipkan dan ditinggal oleh keluarganya, hingga ia menderita stroke di bagian kaki. Sedih tak dapat ditutupi, saat melihat kondisi mereka yang sudah menua dan sakit-sakitan, tanpa keluarga dan terpaksa harus tinggal di panti asuhan, dengan kondisi kamar mereka yang sangat memprihatinkan, sempit dan kotor. Dan ada satu lagi yang ditemui KPC, yaitu Mbah Kurdi yang tidak kalah lebih memprihatinkan lagi, dengan kondisi kamarnya yang terpisah dengan lansia perempuan, bisa dikatakan ruangannya seperti gubuk yang sudah usang, dengan ruang terbuka tanpa pintu, ubin yang sudah banjir ketika sehabis hujan dan dikelilingi oleh kebun serta pembuangan sampah.
Mbah Kartini juga tidak sendirian, di sebelah kamarnya terdapat Mak Atik berusia sekitar 44 tahun, sesama lansia yang juga dititipkan dan ditinggal oleh keluarganya, hingga ia menderita stroke di bagian kaki. Sedih tak dapat ditutupi, saat melihat kondisi mereka yang sudah menua dan sakit-sakitan, tanpa keluarga dan terpaksa harus tinggal di panti asuhan, dengan kondisi kamar mereka yang sangat memprihatinkan, sempit dan kotor. Dan ada satu lagi yang ditemui KPC, yaitu Mbah Kurdi yang tidak kalah lebih memprihatinkan lagi, dengan kondisi kamarnya yang terpisah dengan lansia perempuan, bisa dikatakan ruangannya seperti gubuk yang sudah usang, dengan ruang terbuka tanpa pintu, ubin yang sudah banjir ketika sehabis hujan dan dikelilingi oleh kebun serta pembuangan sampah.
"Saat kunjungan ke panti lansia, para lansia tampak
senang dengan kedatangan kami, karena mereka tidak merasa kesepian di hari yang identik dengan
keluarga ini. Saya lihat, yang mereka butuhkan bukan hanya untuk euforianya
semata, tapi kesempatan untuk didengarkan. Beruntung, saya bisa hadir bersama
mereka, mendengarkan hal-hal menarik dari mereka, dan bisa belajar banyak dari
itu." ungkap Syamsul Bahri, salah satu anggota KPC.
Harapan dengan berkunjungnya KPC ke panti ini
semoga dapat membuka hati masyarakat bahwa masih banyak orang yang tidak
seberuntung kita dan masih membutuhkan bantuan serta kasih sayang dari kita.
Yang tidak kalah pentingnya, semoga mereka dapat segera bertemu dengan
keluarga. Pelajaran berharga yang dapat dipetik adalah sayangi orangtua kita
sepenuh hati, walaupun tak banyak yang bisa mereka lakukan untuk membahagiakan
kita, tapi hidup bukan soal menerima, namun bagaimana kita bisa memberi, sampai
bisa membuat mereka bahagia, itulah kasih sayang anak yang sebenarnya.
[Penulis: Tasya,Aliyah,Mahasiswa Ilmu Komunikasi 2018 -
President University | 6 Maret 2020]
0 comments:
Post a Comment